< Back to 68k.news ID front page

Kasus DBD Masih Tinggi, Bupati Klaten Minta Dinkes Masifkan Sosialisasi

Original source (on modern site) | Article images: [1]

Klaten -

Bupati Klaten Sri Mulyani menyoroti kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Klaten yang masih tinggi. Ia meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk masifkan sosialisasi terkait gejala serta penanganan DBD.

Hal itu disampaikan Sri Mulyani dalam kegiatan halal bihalal bersama Dinkes Kabupaten Klaten di Pendapa Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Klaten. Ia meminta para Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinkes Klaten untuk memaksimalkan penanganan DBD.

"Kasus demam berdarah di Kabupaten Klaten saat ini cukup tinggi, tertinggi nomor dua se-Jawa Tengah. Kita ada kasus 400 lebih, yang meninggal itu sudah 22 yang karena DBD," ungkap Sri Mulyani di Pendapa Setda Klaten, Senin (6/5/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tingginya kasus DBD di Kabupaten Klaten ini, kata Sri Mulyani, menjadi hal yang perlu dievaluasi. Ia meminta agar budaya hidup sehat yang diterapkan saat pandemi Covid-19 lalu bisa kembali diterapkan guna mencegah meningkatnya kasus DBD di Kabupaten Klaten.

"Kemarin gerakan yang sudah bagus kita lanjutkan, cara kerja cepat, kerja cerdas kita pada saat menghadapi pandemi, kita pakai lagi untuk penanganan demam berdarah. Walaupun perlakuannya beda, tapi kerjasama, gotong royong, kekompakannya kita pakai untuk menurunkan atau menghilangkan demam berdarah," tuturnya.

Dinkes Klaten pun diminta untuk meningkatkan kinerjanya dalam penanganan kasus DBD di Klaten. Jangan sampai ada masyarakat Klaten yang meninggal karena keterlambatan penanganan dari Dinkes ataupun karena kurangnya pengetahuan terkait penyakit DBD.

Oleh karena itu, Sri Mulyani meminta kepada Dinkes untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait penyakit DBD. Mulai dari gejalanya hingga cara menanganinya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan sosialisasi lewat media sosial (medsos) secara masif.

"Itu (medsos) menjadi media kita untuk mensosialisasikan bahayanya demam berdarah dan gejala-gejala yang timbul, yang dialami setiap orang yang terkena DBD. Jangan sampai meninggal karena tidak tahu kalau itu demam berdarah," tegasnya.

"Itu butuh disosialisasikan. Karena memang kalau dulu demam berdarah itu biasanya pada saat cuaca hujan, tapi saat ini cuaca sudah tidak bisa kita prediksikan," sambungnya.

Terpisah, Kepala Dinkes Klaten Anggit Budiarto menyampaikan, sebagian besar kasus kematian karena DBD diakibatkan oleh ketidaktahuan masyarakat akan gejala DBD yang sudah semakin banyak.

"Berdasarkan investigasi kepada rumah sakit dan FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama), kebanyakan memang bukan karena keterlambatan, tapi respon yang kurang sesuai. Karena gejala yang muncul itu tidak serta-merta seperti dulu," jelasnya.

Ia menjelaskan, DBD memiliki beberapa gejala mulai dari sakit perut, diare, mual, panas, pusing, hingga muncul bintik-bintik merah di badan. "Tapi masyarakat tidak ngeh terhadap kejadian itu," jelasnya.

Ke depan, kata Anggit, edukasi terkait penyakit DBD akan diberikan kepada masyarakat guna mencegah meningkatnya kasus meninggal akibat DBD. Ia juga memastikan para pasien DBD mendapatkan perawatan dari rumah sakit yang ada di Kabupaten Klaten. Dengan begitu, pasien bisa segera ditangani.

(akn/ega)

< Back to 68k.news ID front page