< Back to 68k.news ID front page

8 Mei Hari Kanker Ovarium Sedunia, Jenis Ketiga yang Kerap Diidap Perempuan Indonesia

Original source (on modern site) | Article images: [1]

Mili.id - Tanggal 8 Mei diperingati sebagai Hari Kanker Ovarium Sedunia.

Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ketika organisasi advokasi, keluarga, dan pasien berkumpul untuk menyuarakan suara mereka melawan kanker ovarium.

Kanker ovarium mayoritas menyerang wanita, gejalanya dimulai seperti kembung, sakit perut, nyeri panggul, nafsu makan buruk, sembelit, dan pembengkakan perut.

Jenis kanker ini bisa menyerang siapa saja termasuk orang yang mulai menstruasi pada usia dini, orang yang belum memiliki anak, atau orang yang mengalami menopause tertunda.

Kanker Ovarium bisa disembuhkan namun tergantung pada tingkat keparahannya. Prosedurnya seperti pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi.

Penyebab kanker ovarium ini banyak. Namun yang hampir pasti, penyebab kanker ovarium terkait dengan mutasi genetik pada sel-sel ovarium.

Jenis Kanker Ketiga yang Kerap Diidap Perempuan Indonesia

Menurut data Global Cancer Incidence, Mortality and Prevalence (Globocan), kanker ovarium atau kanker indung telur adalah kanker ketiga tersering pada wanita Indonesia, dengan angka kejadian di tahun 2020 adalah 14.896 kasus dan angka kematian mencapai 9.581 kasus.

Kanker ovarium paling sering terjadi pada wanita usia post menopause yaitu 50-70 tahun. Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan dengan angka ketahanan hidup 5 tahun sekitar 43 persen.

Penanganan kanker ovarium merupakan tantangan yang terbesar dari para dokter onkologi ginekologi di antara seluruh kanker ginekologi.

Hal ini disebabkan karena kanker ovarium tidak memberikan gejala yang spesifik pada stadium awal, dan baru memberikan gejala pada stadium lanjut dimana telah menyebar ke organ sekitar.

Selain itu, meskipun awalnya kanker ovarium mempunyai respon yang baik terhadap kemoterapi, 60 persen dari penderita akan kambuh dan mempunyai resistensi terhadap kemoterapi.

Untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kanker ovarium, Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), bersama dengan Cancer Information and Support Center (CISC) dan AztraZeneca Indonesia menggalakkan kampanye 10 jari yang meliputi 6 faktor resiko dan 4 gejala tanda kanker ovarium.

Enam faktor risiko kanker ovarium yang dimaksud antara lain pertambahan usia, angka paritas rendah, gaya hidup yang tidak sehat (merokok, obesitas, makan makanan tinggi kolesterol), memiliki riwayat kista endometriosis, memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium, kanker payudara dan atau kanker usus besar, mutasi genetik misalnya BRCA (gen yang menekan sel tumor).

Sedangkan empat tanda dan gejala kanker ovarium adalah perut kembung (dapat disertai perut yang tampak membengkak), nafsu makan berkurang karena cepat merasa kenyang, sering buang air kecil (dapat disertai rasa sakit atau tertekan pada kandung kemih), dan nyeri panggul atau perut.

Hingga saat ini, belum ada standar metode untuk mendeteksi dini kanker ovarium, namun beberapa cara untuk deteksi dini dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan ginekologi, USG transvaginal, melakukan pemeriksaan tumor marker (petanda tumor) Ca 125 secara serial, dan melakukan pemeriksaan Gen BRCA 1,2 pada orang dengan resiko tinggi.

Diagnosis kanker ovarium pada umumnya ditegakkan dengan adanya tumor ovari pada pemeriksaan ginekologis dan USG, peningkatan CA 125 > 35 IU/ml, serta pemeriksaan histopatologi yang menunjukkan gambaran patologi kanker ovarium.

Setelah diagnosis ditegakkan, metode terapi yang dilakukan pada penderita kanker ovarium adalah dengan operasi pengangkatan massa tumor dan organ terkait untuk penegakan staging dan kemoterapi, yaitu terapi menggunakan obat-obat anti kanker (sitostatika) untuk membunuh sel kanker.

Setelah operasi dilakukan, pasien kanker ovarium harus memperhatikan perawatan luka post operasi dengan cara mengkonsumsi makanan tinggi kalori, tinggi protein, menjaga daerah luka operasi untuk tetap kering dan tidak lembab, menjaga kebersihan tubuh dengan baik, memperhatikan ada tidaknya tanda infeksi, minum obat secara teratur dan sesuai anjuran dari dokter.

Sementara dalam menjalankan pengobatan kemoterapi, pasien harus makan secara teratur dan hanya mengkonsumsi makanan yang sehat dengan nutrisi seimbang yang baik bagi tubuh, dan menghindari makanan atau minuman yang mengandung kafein dan kolesterol tinggi, istirahat dengan cukup, menghindari stress, memperbanyak minum air putih, dan rutin melakukan pengobatan sesuai jadwal.

Editor : Aris S

< Back to 68k.news ID front page